Minggu, 09 April 2017

Perkembangan fiqih

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hadits merupakan pedoman utama setelah Al-quranul karim. Hadits Rasulullah SAW sebagai penjelas dari apa yang ada dalam Al-Quran. Sebagai contoh adalah sholat yang mana dalam Al-Quran tidak di jelaskan bagaimana tata cara sholat, tetapi hadits menjelaskan itu semua.
Hadist juga merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi manusia dalam prespektif agama, kemanusiaan, pendidikan dan pelestarian lingkungan.

B.  Rumusan Masalah
1.      Pemahaman Hadist sebagai sumber pengetahuan
2.      Pemahaman Hadist dan pengetahuan agama
3.      Pemahaman Hadist dan pengetahuan kemanusiaan
·         Ilmu pendidikan dan pelestarian lingkungan
C.  Tujuan Masalah
1.      Memahami pengertian hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan
2.      Memahami Hadist dan pengetahuan agama
3.      Memahami Hadist dan pengetahuan kemanusiaan
·         Ilmu pendidikan dan pelestarian lingkungan












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pemahaman hadist sebagai sumber ilmu pengetahuan
Kedudukan hadist yang lain adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan. Akal dan panca indra adalah dua sumber yang teramat penting dalam ilmu pengetahuan.[1] Semua tertuang dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl : 18).
Akal dan panca indra adalah termasuk sarana penting yang dapat membantu manusia membangun peradaban di bumi dan melaksanakan tugas kekhalifahan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT. Menurut Yusuf Al Qardlawy , “ Keunggulan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Adam as, bapak seluruh umat manusia, terhadap para malaikat adalah merupakan kelebihan yang paling menonjol yang mengistimewakan Adam as atas para malaikat itu, dan ilmu itu yang menentukan pilihan kepada Adam as untuk dapat menduduki status kekhalifahan di dunia.” Ditambahkan lagi oleh beliau, “ Seungguhnya demikian pun akal juga tidak terhindar dari kesalahan, akal juga sering tergesa-gesa, sombong atau dikuasai oleh ambisi.”

Karena itu akal sebagaimana dikemukakan oleh imam muhamad abduh memerlukan penolong yang dapat membimbingnya ke jalan yang benar ketika ia melalui persimpangan jalan, jebakan- jebakan, dan kawasan asing bagi akal. Pembimbing akal adalah wahyu dari Allah SWT. Wahyu ini diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya yang dijadikan sebagai penjelasan dan penguraian kandungan Al-Qur’an.



B.     Pemahaman Hadist dan Pengetahuan Agama
Dalam menjalankan misinya itu, seluruh perilaku dan kondisi yang hadir pada diri Nabi Muhammad dipersepsikan sebagai system etika universal yang menjadi sumber hukum yang kedua setelah Al-Qur’an. Sebab system etika tersebut tidak lepas dari kerangka etika Al-Qur’an.
Untuk mengetahui sejumlah mana kedudukan hadist sebagai sumber ajaran Islam, dapat dilihat beberapa dalil dari Hadist eperti dibawah ini:

Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut :  
Aku tingglkan dua pusaka pada kalian, jika kalian berpegang apda keduanya niscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah ( Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya. (HR. Malik).
Cara mempelajari atau mengetahui sumber suatu ilmu pengetahuan di antaranya :
1.      Semangat membaca alam sebagai ayatullah pertama.
Satu hal yang menarik ialah bahwa alqur’an sangat menggalakkkan manusia memperhatikan bahkan meneliti alam dan menemukan ayat-ayat Allah yang mengatur fenomena itu. Ibnu Rusyd, sarjana muslim yang terkenal pernah mengatakan, bahwa alam raya ini adalah kitab Allah yang pertama, sebelum kitab-kitab Allah yang lain yang berbentuk wahyu-Nya. Gejala alam telah berbicara kepada mereka yang mau mengerti akan ayat-ayat Allah yang tealah dipatuhi alam itu. Di dalam praktek, sunnatullah yang diketemukan para Saintis itu selalu melalui beberapa percobaan atau eksperimen.
2.  Pendekatan hadits
a) Hilir ke hulu
Pendekatan hulu berangkat dari penemuan Ilmu Pengetahuan Teknology (IPTEK) menuju Sunnah yang bertujuan untuk menemukan hadits yang mungkin menjadi sumber temuan tersebut. Contoh : teori tentang Geosentris dan Helio sentries, setelah dicocokkan dengan al-Hadits ternyata terbukti bahwa pusat tatasurya adalah matahari bukan bumi.
b) Hulu ke hilir
Hadits ke iptek contohnya tentang melihat bulan pada saat akan mulai puasa Ramadhan, sebagaimana hadits nabi :
“Mulailah berpuasa setelah merukyat hilal dan beridul fitrilah setelah merukyatnya, jika langit tertutup awan lakukanlah pengkadaran”(H.R Bukhori Muslim)
Diilhami oleh hadits tersebut, dan dimotivasi oleh perbedaan dan kontroversi penentual awal dan akhir romadlon, maka ICMI Orsat Kawasan Puspitek dan sekitarnya bekerjasama dengan Orsat Pasar Jumat dan sekitarnya menemukan teleskop rukyat. System ini menggunakan teknologi mutakhir dari teleskop, filter substraksi, pengolahan citra, perekaman video, computer, dan telekomunikasi.
Dengan menggunakan penemuan ini, maka pelaksanaan rukyatul hilal dapat dipermudah dan citranya dapat direkam, konferensi jarak jauh serta dipancar luaskan dalam siaran langsung televisi melalui satelit komunikasi.
C.     Pemahaman Hadist dan pengetahuan manusia
Hadis dalam pengetahuan manusia mempunyai banyak cabangnya, diantaranya kemanusiaan dalam pendidikan dan pelestarian lingkungan.
a)      Kemanusiaan dalam pendidikan
Hadist mempunyai peran penting dalam pendidikan. Sebagaimana diketahui, Nabi dikatakan orang yang tidak bisa baca dan tulis, namun beliau mempunyai pengetahuan yang sangat dahsyat dalam bidang ilmu pengetahuan. Terbukti hadist menuntun juga dalam bidang kehidupan terutama pendidikan.
Corak pendidikan Islam yang diturunkan dari Sunnah Nabi Muhammad s.a.w., adalah sebagai berikut:

a.       Disampaikan sebagai rahmat li al-‘alamin (rahmat bagi semua alam), yang ruang lingkupnya tidak sebatas spesies manusia, tetapi juga pada makhluk biotik dan abiotik lainnya (QS. Anbiya: 107-108).
b.   Disampaikan secara utuh dan lengkap, yang memuat berita gembira dan peringatan pada umatnya(QS. Saba’: 28).
c.   Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak (QS. Al-Baqarah: 119) dan terpelihara auntentitasnya (QS. al-Hijr: 9).
d.   Kehadirannya sebagai evaluator yang mampu mengawasi dan senantiasa bertanggung jawab atas aktivitas pendidikan (QS. asy-Syura: 48, al-Ahzab: 45, al-Fath: 8).
e.   Perilaku Nabi s.a.w., tercermin sebagai uswah hasanah yang dapat dijadikan figur atau suri teladan (QS. al-Ahzab: 21), karena perilakunya dijaga oleh Allah s.w.t., (QS. an-Najm: 3-4), sehingga beliau tidak pernah berbuat maksiat.
f.    Dalam masalah teknik operasional dalam pelaksanaan pendidikan Islam diserahkan penuh pada umatnya. Strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran diserahkan penuh pada ijtihad umatnya, selama hal itu tidak menyalahi aturan pokok dalam Islam. Sabda beliau yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas dan Aisyah; “antum a’lam bi umur dunyakum” (engkau lebih tahu terhadap urusan duniamu).

b)      Kemanusian dalam pelestarian lingkungan
Adapun mengenai hadits Rosulullah S.a.w tentang peduli lingkungan ini banyak sekali, salah satu diantaranya sebagai berikut :
1.    Larangan Menelantarkan Lahan

حَدِيْثُ جَابِرِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ رضى الله عنهما, قَالَ : كَانَتْ لِرِجَالٍ مِنَّا فُضُوْلُ اَرَضِيْنَ, فَقَالُوْا نُؤَاجِرُهَا بِالثُّلُثِ وَالرُّبُعِ وَالنِّصْفِ, فَقَالَ النَّبِىُّ ص.م. : مَنْ كَانَتْ لَهُ اَرْضٌ فَلْيَزْرَعْهَا اَوْلِيَمْنَحْهَا اَخَاهُ فَإِنْ أَبَى فَلْيُمْسِكْ أَرْضَهُ.

“ Hadist Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata : Ada beberapa orang dari kami mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu (untuk mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua. Rosulullah S.a.w. bersabda: Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau serahkan kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri memelihara tanah itu. “ (HR. Imam Bukhori dalam kitab Al-Hibbah)
2.      Penanaman Pohon (reboisasi) Langkah Terpuji

حَدِيْثُ اَنَسٍ رضى الله عنه قَالَ: مَامِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ اَوْيَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ اَوْاِنْسَانٌ اَوْبَهِيْمَةٌ اِلاَّكَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ. (اخرجه البخارى فى كتاب المزاعة

“ Hadits dari Anas r.a. dia berkata: Rosulullah S.a.w. bersabda : Seseorang muslim tidaklah menanam sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang burung atau manusia atau binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa yang dimakan itu merupakan sedekahnya “. (HR. Imam Bukhori)
Pada dasarnya Allah S.W.T. telah melarang kepada manusia agar tidak merusak hutan, hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqoroh ayat 11 :
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لاَتُفْسِدُوْا فِى الاَرْضِ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi“
                          




BAB III
KESIMPULAN
Dengan demikian jika Al-Quran merupakan sumber ilmu pengetahuan, maka hadist sebagai penjelas dari Al-Qur’an itu sendiri merupakan sumber ilmu pengetahuan juga. Hadist merupakan sumber ilmu pengetahuan yang baik bila disbanding dengan panca indra dan akal. Dikatakan demikian, karena keduanya tidak luput dari kekurangan, keterbatasan, dan kesalahan.
                       
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah, 2010, Hadist Tarbawiy, Pendidikan Islam Tinjauan Hadist Nabi, Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press.
Asror, Miftakhul, “MEMBEDAH” Hadist Nabi SAW Kaedah dan Sarana Study Hadist serta Pemahamannya, Madiun: JAYA STAR NINE.
Fuad Abdul Baqi, Muhammad. 1996. Al-Lu’lu’ wal Marjan. Surabaya: PT. Bina Ilmu.





[1] Yusuf Al-Qardlawy, Sunnah ilmu pengetahuan dan peradaban, (Yogyakarta: Tiara Wacana Ilmu, 2001), Cet. 1, hlm, 17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar