BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hadits merupakan pedoman utama setelah
Al-quranul karim. Hadits Rasulullah SAW sebagai penjelas dari apa yang ada
dalam Al-Quran. Sebagai contoh adalah sholat yang mana dalam Al-Quran tidak di
jelaskan bagaimana tata cara sholat, tetapi hadits menjelaskan itu semua.
Hadist juga merupakan sumber ilmu pengetahuan
bagi manusia dalam prespektif agama, kemanusiaan, pendidikan dan pelestarian
lingkungan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pemahaman Hadist sebagai sumber pengetahuan
2.
Pemahaman Hadist dan pengetahuan agama
3.
Pemahaman Hadist dan pengetahuan kemanusiaan
·
Ilmu pendidikan dan pelestarian lingkungan
C.
Tujuan Masalah
1.
Memahami pengertian hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan
2.
Memahami Hadist dan pengetahuan agama
3.
Memahami Hadist dan pengetahuan kemanusiaan
·
Ilmu pendidikan dan pelestarian lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pemahaman hadist sebagai sumber ilmu pengetahuan
Kedudukan hadist yang lain adalah sebagai
sumber ilmu pengetahuan. Akal dan panca indra adalah dua sumber yang teramat
penting dalam ilmu pengetahuan.[1] Semua
tertuang dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
Dan Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl : 18).
Akal dan panca indra adalah termasuk sarana
penting yang dapat membantu manusia membangun peradaban di bumi dan
melaksanakan tugas kekhalifahan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Menurut Yusuf Al Qardlawy , “ Keunggulan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
Adam as, bapak seluruh umat manusia, terhadap para malaikat adalah merupakan
kelebihan yang paling menonjol yang mengistimewakan Adam as atas para malaikat
itu, dan ilmu itu yang menentukan pilihan kepada Adam as untuk dapat menduduki
status kekhalifahan di dunia.” Ditambahkan lagi oleh beliau, “ Seungguhnya
demikian pun akal juga tidak terhindar dari kesalahan, akal juga sering
tergesa-gesa, sombong atau dikuasai oleh ambisi.”
Karena itu akal sebagaimana dikemukakan oleh
imam muhamad abduh memerlukan penolong yang dapat membimbingnya ke jalan yang
benar ketika ia melalui persimpangan jalan, jebakan- jebakan, dan kawasan asing
bagi akal. Pembimbing akal adalah wahyu dari Allah SWT. Wahyu ini diturunkan
oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya yang dijadikan sebagai penjelasan dan
penguraian kandungan Al-Qur’an.
B.
Pemahaman Hadist dan Pengetahuan Agama
Dalam menjalankan misinya itu, seluruh
perilaku dan kondisi yang hadir pada diri Nabi Muhammad dipersepsikan sebagai
system etika universal yang menjadi sumber hukum yang kedua setelah Al-Qur’an.
Sebab system etika tersebut tidak lepas dari kerangka etika Al-Qur’an.
Untuk mengetahui sejumlah mana kedudukan
hadist sebagai sumber ajaran Islam, dapat dilihat beberapa dalil dari Hadist
eperti dibawah ini:
Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut :
Aku tingglkan dua pusaka
pada kalian, jika kalian berpegang apda keduanya niscaya tidak akan tersesat,
yaitu kitab Allah ( Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya. (HR. Malik).
Cara mempelajari atau mengetahui
sumber suatu ilmu pengetahuan di antaranya
:
1.
Semangat
membaca alam sebagai ayatullah
pertama.
Satu hal yang menarik ialah bahwa alqur’an sangat
menggalakkkan manusia memperhatikan bahkan meneliti alam dan menemukan
ayat-ayat Allah yang mengatur fenomena itu. Ibnu Rusyd, sarjana muslim yang terkenal pernah mengatakan,
bahwa alam raya ini adalah kitab Allah yang pertama, sebelum kitab-kitab Allah
yang lain yang berbentuk wahyu-Nya. Gejala alam
telah berbicara kepada mereka yang mau mengerti akan ayat-ayat Allah yang
tealah dipatuhi alam itu. Di dalam praktek, sunnatullah
yang diketemukan para Saintis itu selalu melalui beberapa percobaan atau eksperimen.
2. Pendekatan hadits
a) Hilir ke hulu
Pendekatan hulu berangkat dari penemuan Ilmu Pengetahuan Teknology (IPTEK) menuju Sunnah
yang bertujuan untuk menemukan hadits yang mungkin menjadi sumber temuan
tersebut. Contoh : teori tentang Geosentris dan Helio sentries, setelah
dicocokkan dengan al-Hadits ternyata terbukti bahwa pusat tatasurya adalah
matahari bukan bumi.
b) Hulu ke hilir
Hadits ke iptek contohnya tentang melihat bulan pada
saat akan mulai puasa Ramadhan, sebagaimana hadits nabi :
“Mulailah berpuasa setelah merukyat hilal dan beridul fitrilah setelah
merukyatnya, jika langit tertutup awan lakukanlah pengkadaran”(H.R Bukhori Muslim)
Diilhami oleh hadits tersebut, dan dimotivasi oleh
perbedaan dan kontroversi penentual awal dan akhir romadlon, maka ICMI Orsat
Kawasan Puspitek dan sekitarnya bekerjasama dengan Orsat Pasar Jumat dan
sekitarnya menemukan teleskop rukyat. System ini menggunakan teknologi mutakhir
dari teleskop, filter substraksi, pengolahan citra, perekaman video, computer,
dan telekomunikasi.
Dengan menggunakan penemuan ini, maka pelaksanaan rukyatul hilal dapat dipermudah dan
citranya dapat direkam, konferensi jarak jauh serta dipancar luaskan dalam
siaran langsung televisi melalui satelit komunikasi.
C.
Pemahaman Hadist dan pengetahuan manusia
Hadis dalam pengetahuan
manusia mempunyai banyak cabangnya, diantaranya kemanusiaan dalam pendidikan
dan pelestarian lingkungan.
a)
Kemanusiaan dalam pendidikan
Hadist mempunyai peran penting dalam
pendidikan. Sebagaimana diketahui, Nabi dikatakan orang yang tidak bisa baca
dan tulis, namun beliau mempunyai pengetahuan yang sangat dahsyat dalam bidang
ilmu pengetahuan. Terbukti hadist menuntun juga dalam bidang kehidupan terutama
pendidikan.
Corak pendidikan Islam yang diturunkan dari Sunnah Nabi Muhammad s.a.w.,
adalah sebagai berikut:
a.
Disampaikan sebagai rahmat li
al-‘alamin (rahmat bagi semua alam), yang ruang lingkupnya tidak sebatas
spesies manusia, tetapi juga pada makhluk biotik dan abiotik lainnya (QS.
Anbiya: 107-108).
b. Disampaikan secara utuh dan lengkap, yang
memuat berita gembira dan peringatan pada umatnya(QS. Saba’: 28).
c. Apa yang disampaikan merupakan kebenaran
mutlak (QS. Al-Baqarah: 119) dan terpelihara auntentitasnya (QS. al-Hijr: 9).
d. Kehadirannya sebagai evaluator yang mampu
mengawasi dan senantiasa bertanggung jawab atas aktivitas pendidikan (QS.
asy-Syura: 48, al-Ahzab: 45, al-Fath: 8).
e. Perilaku Nabi s.a.w., tercermin sebagai uswah hasanah yang dapat dijadikan figur
atau suri teladan (QS. al-Ahzab: 21), karena perilakunya dijaga oleh Allah
s.w.t., (QS. an-Najm: 3-4), sehingga beliau tidak pernah berbuat maksiat.
f. Dalam masalah teknik operasional dalam
pelaksanaan pendidikan Islam diserahkan penuh pada umatnya. Strategi,
pendekatan, metode dan teknik pembelajaran diserahkan penuh pada ijtihad
umatnya, selama hal itu tidak menyalahi aturan pokok dalam Islam. Sabda beliau
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas dan Aisyah; “antum a’lam bi umur
dunyakum” (engkau lebih tahu terhadap urusan duniamu).
b)
Kemanusian dalam pelestarian lingkungan
Adapun mengenai hadits Rosulullah S.a.w tentang peduli lingkungan ini
banyak sekali, salah satu diantaranya sebagai berikut :
1. Larangan Menelantarkan Lahan
حَدِيْثُ
جَابِرِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ رضى الله عنهما, قَالَ : كَانَتْ لِرِجَالٍ مِنَّا
فُضُوْلُ اَرَضِيْنَ, فَقَالُوْا نُؤَاجِرُهَا بِالثُّلُثِ وَالرُّبُعِ
وَالنِّصْفِ, فَقَالَ النَّبِىُّ ص.م. : مَنْ كَانَتْ لَهُ اَرْضٌ فَلْيَزْرَعْهَا
اَوْلِيَمْنَحْهَا اَخَاهُ فَإِنْ أَبَى فَلْيُمْسِكْ أَرْضَهُ.
“ Hadist Jabir bin Abdullah
r.a. dia berkata : Ada beberapa orang dari kami mempunyai simpanan tanah. Lalu
mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu (untuk mengelolahnya) dengan
sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua. Rosulullah S.a.w. bersabda:
Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau serahkan kepada
saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia
memperhatikan sendiri memelihara tanah itu. “ (HR. Imam Bukhori dalam kitab Al-Hibbah)
2. Penanaman Pohon (reboisasi)
Langkah Terpuji
حَدِيْثُ
اَنَسٍ رضى الله عنه قَالَ: مَامِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ اَوْيَزْرَعُ زَرْعًا
فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ اَوْاِنْسَانٌ اَوْبَهِيْمَةٌ اِلاَّكَانَ لَهُ بِهِ
صَدَقَةٌ. (اخرجه البخارى فى كتاب المزاعة
“ Hadits dari Anas r.a. dia
berkata: Rosulullah S.a.w. bersabda : Seseorang muslim tidaklah menanam
sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang burung atau manusia
atau binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa yang dimakan itu
merupakan sedekahnya “. (HR. Imam Bukhori)
Pada dasarnya Allah S.W.T. telah melarang
kepada manusia agar tidak merusak hutan, hal ini sebagaimana firman-Nya dalam
surat Al-Baqoroh ayat 11 :
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لاَتُفْسِدُوْا فِى الاَرْضِ…
“Dan apabila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi“
BAB III
KESIMPULAN
Dengan demikian jika Al-Quran merupakan sumber ilmu
pengetahuan, maka hadist sebagai penjelas dari Al-Qur’an itu sendiri merupakan
sumber ilmu pengetahuan juga. Hadist merupakan sumber ilmu pengetahuan yang
baik bila disbanding dengan panca indra dan akal. Dikatakan demikian, karena
keduanya tidak luput dari kekurangan, keterbatasan, dan kesalahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Alfiah, 2010, Hadist Tarbawiy, Pendidikan Islam Tinjauan Hadist Nabi, Pekanbaru:
Al-Mujtahadah Press.
Asror, Miftakhul, “MEMBEDAH” Hadist Nabi SAW Kaedah dan Sarana Study
Hadist serta Pemahamannya, Madiun: JAYA STAR NINE.
Fuad Abdul Baqi, Muhammad. 1996. Al-Lu’lu’ wal Marjan. Surabaya: PT. Bina
Ilmu.
[1] Yusuf Al-Qardlawy, Sunnah
ilmu pengetahuan dan peradaban, (Yogyakarta: Tiara Wacana Ilmu, 2001), Cet. 1,
hlm, 17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar