Jumat, 14 April 2017


Sains dan Al-Quran
Kata “Science“sengaja diterjemahkan dengan sains,meskipun kata ini  sering diterjemahkan dengan “Ilmu pengetahuan.Sedangkan kata saintific sengaja diterjemahkan dengan saintifik meskipun sering diterjemahkan dengan ilmiah.
Al quran tidak seperti kitab suci yang diwahyukan sebelumnya tidak mengartikulasikantuntutan yang mensyaratkan penafsiran yang harus berkenbang dalam rangka untuk menyelaraskan dengan kebutuhan (Biruni,Tahqiq 219). Al quran, Al biruni tidak berbicara tentang persoalan yang mengandung perselisihan tiada henti misalnya tentang sejarah.Sebaagai buktinya islam telah banyak dirugikan oleh orang yang mengklaim diri mereka sebagai muslim akan tetapi masih tetap memelihara pengajaran agama agama terdahulu dan mengklaimnya sebagian dari doktrin agama islam. Misanya : sebagai contoh penganut manijhaitsme yang doktrin agama mereka termasuk agama mereka yang keliru tentang surga secara salah telah dihubungkan dengan islam.Muslim menggunakan kebenaran sains dengan diperkuat oleh ayat ayat Al quran yang manakebenaran tersebut baru bisa diungkap dewasa oleh sains modern “sebagai ssebuah koreksi atas kesalah pahaman terhadap islam.Paling tidak kebenaran ini membuktikan bahwa islam adalah agama yang peduli terhadap sains.
Presiden komite, Zaghloul El naggar menyatakan :
Baru setelah memasuki era penemuan sains memungkinkan manusia mempunyai instrument penelitian sains yang memiliki tingkat akurasi tinggi dan menyebarkan para peneliti ke seluruh penjuru dunia. Pada saat itulah akhirnya kita mampu memahami makud dari firman tuhan seperti yag telah diberitakan dalam sebuah ayat “Untuk tiap-tiap berita yang dibawa oleh rasul-rasul ada waktu terjadinya dan kelak kamu mengetahui “(Q 6:67)
            Penafsiran Al quran klasik mengandung banyakmuatan kepentingan sainstifik meskipun terhadap kepentingan kotemporer terhsdsp sl quran dan sainsbagaimana pun, aspek aspek penafsiran ini blom banyak mendapatkan perhatian para akademisi salah satu alasan yang mungkin dari pengabdian ini adalah secara kolektif, muatan-muatan tradisional tidak mamberikan sumbangan terhadap apa yang di legitimasi sebagai peafsiran saintifik terhadap al quran menurut abu hamid al ghozali (w. 505 H/1111 M) dan jallil aldi al suyuti (w. 911 H/1505 M) menyebutkan bahwa al quran merupakan sumber dari segala pengetahuan, termasuk pengetahuan saintifik.Pendapat mereka didasarkan pada ayat”dan telah kamiturunkan kepadamu al kitab untuk menjelaskan sesuatu”(Q 16:89).
Salah satu ayat yang berisi motivasikepada manusia untuk merenungkan tanda-tanda langit dan bumi adalah (Q 3:190-191)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi(seraya berkata): ya tuhan kami tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia maha suci engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Dalam penafsiran ayat ini, Al arazi perpendapat bahwa akal manusia tidak mampu memahami cara bagaimana daun yang begitu kecil diciptakan, bagaimana ia disusun dan dietakkan dibatang pohon, bagaimana ia tumbuh .memikirkan ciptaan huan yang kecilsaja akal manusia tidak sanggup menjangkaunya. Karenanya, menmukan kebijaksanaan tuhan dalam penciptaan langit dan bumi sungguh merupakan pekerjaaan besar yang tidak mungkin.karna itulah manusia harus mengakui bahwa tuhan sang maha pencipta melampaui pemahaman manusia meskipun manusia telah mengerahkan segala daya dan upayanya. Akhirnya ketika manusia mernungkan penciptaan langit dan bumi, merka akan menyadari bahwa tuhan tidak menciptakannya dengan sia-sia, akan tetapi dengan kebijaksanaan dan rahasia-rahasia, saampai-sampai para ilmuan tidak mampu untuk memahami sepenuhnya.ini berarti tuuan puncak dari perenungan adalah untuk memperlihatkan keterbatasan pengetahuan manusia dan ketidakmampuannya untuk memahami rahasia penciptaan sepenuhnya, bukan untuk memperlihatkan fakta saintifik dan keterlibatan dalam Al quran.
            Tanda-tanda Al quran atas penciptaan diklasifikasikan dalam dua bentukdalail al anfus dan dalail al afaq. Sebagai kemungkinan lain, tanda-tanda Al quran dikelompokkan dalam tanda-tanda dilangit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya  diantaranya tanda-tanda yang ada dilangit adaah pergerakkan benda-benda langit, jarak dan susunan mereka,demikian juga matahari, bulan dan planet.
Sedangkan tanda-tanda yang ada di bumi antara laiin barang tambang,tanaman,dan manusia. Karakter paling disayangkan dari pembahasan tanda-tanda tersebut kususnya tanda-tanda dilangit adalah tiak adanya pemilihan informasi yang dipaparkan oleh astronomi dan filsafat alam; yang banyak berisi data-data non saintifik. Contoh dari ketidaktepatan pengambilan informasi ini misalnya ketika membahas manfaat dari muncul dan menghilangnya bulan; ketia ia muncul, sinarnya akan memudahkan para pejalan, sedangkan ketia ia menghilang bisa melindungi buronan yangingin kabur dari musuhnya.
            Jika kemanfaatan materi merupakan tujuan kedua dari penciptaan, maka tujuan pertamanya adalah tercapainya kemanfaatan agama yang merupakan buah terhadap iman kepada tuhan misalnya inti sari penafsiran (Q 2:22) dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air hujan dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah buahan sebagai rizki untukmu karna itu janganlah kamu mengadakan sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.Menurut Al Qurtubi term”Hamparan”(Firash) dalam ayat ini berarti tempat dimana manusia bisa berjalan dan tinggal. Bumi diciptakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan manusia untuk tinggal diatasnya. Makna puncak dari ayat ini adalah bahwasannya tuhan telah menyediakan bagi manusia bumi dan segala ciptannya yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Dalam ayat diatas Al arazi menguraikan persyaratan sehingga bumi menjadi hamparan atau firash menurutnya salahsatu persyaratan tersebut adalah bumi tidak bergerak. Selanjutnya Al arazi beralih membuktikan pandangannya ini apabila bumi bergerak maka pergerakannya bisa secara lurus atau mellingkar jika pergerakkan lurus maka bumi akan atuhakan tetapi karena benda yang lebih berat akan bergerak lebih cepat dari pada yang lebih lambat bumi akan jatuh dalam kecepatan yang lebih cepat kemudian manusia akan hidup di permukaannya artinya mereka akan dipisahkan oleh permukaan bumi dan karena itu tidak bisa menjadikan bumi sebagai hamparan. Jika sebaliknya gerak bumi melingkar manfaat yang diperoleh manusia tidaklah utuh karena gerak manusia yang berlawanan arah dengan gerak bumi tidak akan sampai pada tujuan.
            Al qurtubi dan Al razi juga meyakini bahwa pemeliharaan langit terjadi dengan meteor-meteor yang terlepas untuk mengusir setan. Yang unik dsri penafsiran semacam ini adalah bahwa penjelasan yang digambarkan oleh pengetahuan saintifik umum diletakkan dengan beragam informasi lain yang bertolak belakang dengan pengetahuan saintifik yang umum pada masa ini. Contoh serupa tampak dalam penafsiran (Q 36:38)”Dan matahari berjalan di tempat peredarannya demikianlah ketetapan yang maha kuasa lagi maha mengetahui” terjemah Al quran konteporer biasanya menrjemahkan bagian pertama ayat ini dengan: danmatahari tetap berputar pada orbit (garis edar)yang mana sebenarnya penerjemah yang demikian ini tidaklah asing bagi pemahaman klasil bagi ayat ini faktanya, fokus sebagian mufassir adalah pada makna-makna yang mungkin erhadap kata mustaqar.ini mencakup sebuah tempat yang mana matahari tidak bisa keluar darinya, membentang dari tempat bermula lalu kembali menuju tempat semula ; ini benar-benar sebagai pengertian orbit makna lain dari mustaqar sebagai :
1.Tempat matahari beristirahat ketika matahari lelah (Berjalan),terletak dibawah arsy,          sebelum ia diperintahkan lagi untuk terbit lagi ke tempat semula
2. Hari pembalasan, setelah matahari tidak berjalan lagi
3. Tempat tertentu dan lain-lain.
            Dalam diskursus islam mmodern, pertanyaan atas hubungan sains dan agama dijawab dengan beragam pendekatan. Akan tetapi sejauh ini kebanyakan karakter metode terhadap persoalan ini terbentuk peneguhan bahwa banyak penemuan sains modern telah diprediksi, atau minimal disinggung dalam Al quran dan bahwa prediksi-prediksi merupakan bukti kemukjizatan saintifik Al quran(misalnya nawfal, Qur’an wa al’ilm 24). Maurice Bucaille merupakan seorang fisikawan perancis Yng mendukung salah satu pandangan ini dalam bukunya “The bible, Qur’an and Science : The holy script turest examined in the light of modern knowledge yang telah diterbitkan dalam beberapa edisi dan diterjemahkan dalam beberapa bahasa. Bucaille berpendapat bahwa Al quran dengan perbincangan dengan sains, termasuk”penciptaan, astronomi, persoalan-persoalan tentang bumi, dunia hewan dantumbuhan, dan reproduksi manusia”. Sedangkan berbeda dengan bible, yang peryataannya tentang persoalan ini penuh dengan kekeliruan besar, Bucaille menyatakan bahwa dia tidak bisa menemukan kesalahan dalam Al quran. Faktanya, Al quran tidak berisia satu pernyataan pun yang diserang dari sudut pandang sains modern.dengan demikian dua point penting dari pernyataan ini adalah :
1.       Kemujikzatan Al quran berupa kesesuainnya dengan sains.
2.       Kemungkinan, bahkan kebetulan, untuk melakukan penafsiran sains Al quran dengan menjadiakan penamuan sains modern sebagai parangkat.
Asal mula aliran interpretasi Al quran semacam ini dapat ditelsuri dengan kembali kepada abad ke-19etelah orang eropa mengambil alih tanah muslim dimana intelektual muslim sering dihubungkan dengan superioritas kemajuan sains eropa.
Dalam keanekaragamannya, diskursus islam atas sains yang baru saja dibangun tidak berakar sari pemahaman historis hubungan antara quran dan sains. Pada datu tingkat, hal ini dapat dipahami bagaimanapun telah ditegaskan, sains modern telah dan akan terus menerus melahirkan respon yang serius dan beragam baik dikalangan muslim maupun non muslim. Tantangan-tantangan yang diajukan oleh sains modern tdak memiliki keterhubungan dengan masyarakat pra modern. Jadi, ini bisa dipahami bahwa sikap islam terhadap sains modern akan menghadapi tantangan yang tidak sebagaiman dalam periode islam klasik. Akan tetapi, keinginan intuk mengartikulasikan kritik dan kontemporer dengan yang tidak ditunjukkan dalam periode islam klasik. Akan tetapi, keingina untuk mengartikulasikan kritik kontemporer atas sains adalah”dalam bahasa”islam tidak dapat menyembunyikan perbedaan radikal arti kulasi modern dengan yang klasik. Berbeda dengan praktik kontemprer yang meregangkan dan melilitkan, yang pada akibatnya, memanipulsi ayat-ayat Al quran untuk menetapkan makna-makna saintifik, mufassir klasik malah menolak menempat apalagi memaksakan Al quran dibawah naungan sains yang memiliki sifat berubah-ubah.dalam memandang kemungkinan beragamnya penjelasan sains dan fenomena alam, mufassir klasik tidak mempertahankan otonomi Al quran. Pengetahuan agama tidaklah memenangkan sains akan tetapi menempatkan sebagai bidang yang terpisah dan otonom atas dirinya sendiri.
_____________________________________________________

Referensi :BukuAl-Qur’an Sains dan Ilmu sosial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar