Sains dan Al-Quran
Kata “Science“sengaja
diterjemahkan dengan sains,meskipun kata ini
sering diterjemahkan dengan “Ilmu pengetahuan.Sedangkan kata saintific
sengaja diterjemahkan dengan saintifik meskipun sering diterjemahkan dengan
ilmiah.
Al quran tidak seperti
kitab suci yang diwahyukan sebelumnya tidak mengartikulasikantuntutan yang
mensyaratkan penafsiran yang harus berkenbang dalam rangka untuk menyelaraskan
dengan kebutuhan (Biruni,Tahqiq 219). Al quran, Al biruni tidak berbicara
tentang persoalan yang mengandung perselisihan tiada henti misalnya tentang
sejarah.Sebaagai buktinya islam telah banyak dirugikan oleh orang yang
mengklaim diri mereka sebagai muslim akan tetapi masih tetap memelihara
pengajaran agama agama terdahulu dan mengklaimnya sebagian dari doktrin agama
islam. Misanya : sebagai contoh penganut manijhaitsme yang doktrin agama mereka
termasuk agama mereka yang keliru tentang surga secara salah telah dihubungkan
dengan islam.Muslim menggunakan kebenaran sains dengan diperkuat oleh ayat ayat
Al quran yang manakebenaran tersebut baru bisa diungkap dewasa oleh sains
modern “sebagai ssebuah koreksi atas kesalah pahaman terhadap islam.Paling
tidak kebenaran ini membuktikan bahwa islam adalah agama yang peduli terhadap
sains.
Presiden komite, Zaghloul El naggar
menyatakan :
Baru setelah memasuki era
penemuan sains memungkinkan manusia mempunyai instrument penelitian sains yang
memiliki tingkat akurasi tinggi dan menyebarkan para peneliti ke seluruh
penjuru dunia. Pada saat itulah akhirnya kita mampu memahami makud dari firman
tuhan seperti yag telah diberitakan dalam sebuah ayat “Untuk tiap-tiap berita
yang dibawa oleh rasul-rasul ada waktu terjadinya dan kelak kamu mengetahui “(Q
6:67)
Penafsiran
Al quran klasik mengandung banyakmuatan kepentingan sainstifik meskipun
terhadap kepentingan kotemporer terhsdsp sl quran dan sainsbagaimana pun, aspek
aspek penafsiran ini blom banyak mendapatkan perhatian para akademisi salah
satu alasan yang mungkin dari pengabdian ini adalah secara kolektif, muatan-muatan
tradisional tidak mamberikan sumbangan terhadap apa yang di legitimasi sebagai
peafsiran saintifik terhadap al quran menurut abu hamid al ghozali (w. 505
H/1111 M) dan jallil aldi al suyuti (w. 911 H/1505 M) menyebutkan bahwa al
quran merupakan sumber dari segala pengetahuan, termasuk pengetahuan
saintifik.Pendapat mereka didasarkan pada ayat”dan telah kamiturunkan kepadamu
al kitab untuk menjelaskan sesuatu”(Q 16:89).
Salah satu ayat yang berisi
motivasikepada manusia untuk merenungkan tanda-tanda langit dan bumi adalah (Q
3:190-191)
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi(seraya berkata): ya tuhan kami tiadalah
engkau menciptakan ini dengan sia-sia maha suci engkau maka peliharalah kami
dari siksa neraka.
Dalam penafsiran ayat ini,
Al arazi perpendapat bahwa akal manusia tidak mampu memahami cara bagaimana
daun yang begitu kecil diciptakan, bagaimana ia disusun dan dietakkan dibatang
pohon, bagaimana ia tumbuh .memikirkan ciptaan huan yang kecilsaja akal manusia
tidak sanggup menjangkaunya. Karenanya, menmukan kebijaksanaan tuhan dalam
penciptaan langit dan bumi sungguh merupakan pekerjaaan besar yang tidak
mungkin.karna itulah manusia harus mengakui bahwa tuhan sang maha pencipta
melampaui pemahaman manusia meskipun manusia telah mengerahkan segala daya dan
upayanya. Akhirnya ketika manusia mernungkan penciptaan langit dan bumi, merka
akan menyadari bahwa tuhan tidak menciptakannya dengan sia-sia, akan tetapi
dengan kebijaksanaan dan rahasia-rahasia, saampai-sampai para ilmuan tidak
mampu untuk memahami sepenuhnya.ini berarti tuuan puncak dari perenungan adalah
untuk memperlihatkan keterbatasan pengetahuan manusia dan ketidakmampuannya
untuk memahami rahasia penciptaan sepenuhnya, bukan untuk memperlihatkan fakta
saintifik dan keterlibatan dalam Al quran.
Tanda-tanda
Al quran atas penciptaan diklasifikasikan dalam dua bentukdalail al anfus dan
dalail al afaq. Sebagai kemungkinan lain, tanda-tanda Al quran dikelompokkan
dalam tanda-tanda dilangit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya diantaranya tanda-tanda yang ada dilangit
adaah pergerakkan benda-benda langit, jarak dan susunan mereka,demikian juga
matahari, bulan dan planet.
Sedangkan tanda-tanda yang ada di
bumi antara laiin barang tambang,tanaman,dan manusia. Karakter paling
disayangkan dari pembahasan tanda-tanda tersebut kususnya tanda-tanda dilangit
adalah tiak adanya pemilihan informasi yang dipaparkan oleh astronomi dan
filsafat alam; yang banyak berisi data-data non saintifik. Contoh dari
ketidaktepatan pengambilan informasi ini misalnya ketika membahas manfaat dari
muncul dan menghilangnya bulan; ketia ia muncul, sinarnya akan memudahkan para
pejalan, sedangkan ketia ia menghilang bisa melindungi buronan yangingin kabur
dari musuhnya.
Jika
kemanfaatan materi merupakan tujuan kedua dari penciptaan, maka tujuan
pertamanya adalah tercapainya kemanfaatan agama yang merupakan buah terhadap
iman kepada tuhan misalnya inti sari penafsiran (Q 2:22) dialah yang menjadikan
bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air hujan
dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah buahan sebagai
rizki untukmu karna itu janganlah kamu mengadakan sekutu bagi Allah padahal
kamu mengetahui.Menurut Al Qurtubi term”Hamparan”(Firash) dalam ayat ini
berarti tempat dimana manusia bisa berjalan dan tinggal. Bumi diciptakan
sedemikian rupa sehingga memungkinkan manusia untuk tinggal diatasnya. Makna
puncak dari ayat ini adalah bahwasannya tuhan telah menyediakan bagi manusia
bumi dan segala ciptannya yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Dalam ayat
diatas Al arazi menguraikan persyaratan sehingga bumi menjadi hamparan atau
firash menurutnya salahsatu persyaratan tersebut adalah bumi tidak bergerak.
Selanjutnya Al arazi beralih membuktikan pandangannya ini apabila bumi bergerak
maka pergerakannya bisa secara lurus atau mellingkar jika pergerakkan lurus
maka bumi akan atuhakan tetapi karena benda yang lebih berat akan bergerak
lebih cepat dari pada yang lebih lambat bumi akan jatuh dalam kecepatan yang
lebih cepat kemudian manusia akan hidup di permukaannya artinya mereka akan
dipisahkan oleh permukaan bumi dan karena itu tidak bisa menjadikan bumi
sebagai hamparan. Jika sebaliknya gerak bumi melingkar manfaat yang diperoleh
manusia tidaklah utuh karena gerak manusia yang berlawanan arah dengan gerak
bumi tidak akan sampai pada tujuan.
Al
qurtubi dan Al razi juga meyakini bahwa pemeliharaan langit terjadi dengan
meteor-meteor yang terlepas untuk mengusir setan. Yang unik dsri penafsiran
semacam ini adalah bahwa penjelasan yang digambarkan oleh pengetahuan saintifik
umum diletakkan dengan beragam informasi lain yang bertolak belakang dengan
pengetahuan saintifik yang umum pada masa ini. Contoh serupa tampak dalam
penafsiran (Q 36:38)”Dan matahari berjalan di tempat peredarannya demikianlah
ketetapan yang maha kuasa lagi maha mengetahui” terjemah Al quran konteporer
biasanya menrjemahkan bagian pertama ayat ini dengan: danmatahari tetap
berputar pada orbit (garis edar)yang mana sebenarnya penerjemah yang demikian
ini tidaklah asing bagi pemahaman klasil bagi ayat ini faktanya, fokus sebagian
mufassir adalah pada makna-makna yang mungkin erhadap kata mustaqar.ini
mencakup sebuah tempat yang mana matahari tidak bisa keluar darinya, membentang
dari tempat bermula lalu kembali menuju tempat semula ; ini benar-benar sebagai
pengertian orbit makna lain dari mustaqar sebagai :
1.Tempat
matahari beristirahat ketika matahari lelah (Berjalan),terletak dibawah
arsy, sebelum ia diperintahkan
lagi untuk terbit lagi ke tempat semula
2.
Hari pembalasan, setelah matahari tidak berjalan lagi
3.
Tempat tertentu dan lain-lain.
Dalam
diskursus islam mmodern, pertanyaan atas hubungan sains dan agama dijawab
dengan beragam pendekatan. Akan tetapi sejauh ini kebanyakan karakter metode
terhadap persoalan ini terbentuk peneguhan bahwa banyak penemuan sains modern
telah diprediksi, atau minimal disinggung dalam Al quran dan bahwa
prediksi-prediksi merupakan bukti kemukjizatan saintifik Al quran(misalnya
nawfal, Qur’an wa al’ilm 24). Maurice Bucaille merupakan seorang fisikawan
perancis Yng mendukung salah satu pandangan ini dalam bukunya “The bible,
Qur’an and Science : The holy script turest examined in the light of modern
knowledge yang telah diterbitkan dalam beberapa edisi dan diterjemahkan dalam
beberapa bahasa. Bucaille berpendapat bahwa Al quran dengan perbincangan dengan
sains, termasuk”penciptaan, astronomi, persoalan-persoalan tentang bumi, dunia
hewan dantumbuhan, dan reproduksi manusia”. Sedangkan berbeda dengan bible,
yang peryataannya tentang persoalan ini penuh dengan kekeliruan besar, Bucaille
menyatakan bahwa dia tidak bisa menemukan kesalahan dalam Al quran. Faktanya,
Al quran tidak berisia satu pernyataan pun yang diserang dari sudut pandang
sains modern.dengan demikian dua point penting dari pernyataan ini adalah :
1.
Kemujikzatan
Al quran berupa kesesuainnya dengan sains.
2.
Kemungkinan,
bahkan kebetulan, untuk melakukan penafsiran sains Al quran dengan menjadiakan
penamuan sains modern sebagai parangkat.
Asal mula
aliran interpretasi Al quran semacam ini dapat ditelsuri dengan kembali kepada
abad ke-19etelah orang eropa mengambil alih tanah muslim dimana intelektual
muslim sering dihubungkan dengan superioritas kemajuan sains eropa.
Dalam
keanekaragamannya, diskursus islam atas sains yang baru saja dibangun tidak
berakar sari pemahaman historis hubungan antara quran dan sains. Pada datu
tingkat, hal ini dapat dipahami bagaimanapun telah ditegaskan, sains modern
telah dan akan terus menerus melahirkan respon yang serius dan beragam baik
dikalangan muslim maupun non muslim. Tantangan-tantangan yang diajukan oleh
sains modern tdak memiliki keterhubungan dengan masyarakat pra modern. Jadi,
ini bisa dipahami bahwa sikap islam terhadap sains modern akan menghadapi
tantangan yang tidak sebagaiman dalam periode islam klasik. Akan tetapi,
keinginan intuk mengartikulasikan kritik dan kontemporer dengan yang tidak
ditunjukkan dalam periode islam klasik. Akan tetapi, keingina untuk
mengartikulasikan kritik kontemporer atas sains adalah”dalam bahasa”islam tidak
dapat menyembunyikan perbedaan radikal arti kulasi modern dengan yang klasik.
Berbeda dengan praktik kontemprer yang meregangkan dan melilitkan, yang pada
akibatnya, memanipulsi ayat-ayat Al quran untuk menetapkan makna-makna
saintifik, mufassir klasik malah menolak menempat apalagi memaksakan Al quran
dibawah naungan sains yang memiliki sifat berubah-ubah.dalam memandang
kemungkinan beragamnya penjelasan sains dan fenomena alam, mufassir klasik
tidak mempertahankan otonomi Al quran. Pengetahuan agama tidaklah memenangkan
sains akan tetapi menempatkan sebagai bidang yang terpisah dan otonom atas
dirinya sendiri.
_____________________________________________________
Referensi
:BukuAl-Qur’an Sains dan Ilmu sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar